Berada di fase "quarter life crisis" membuatku sadar betapa hebatnya orang-orang dewasa di sekitar kita. Orangtua kita yang berhasil bertahan hingga sekarang dan telah hidup dalam kemapanan yang mereka perjuangkan sewaktu seumur kita. Saat ini giliran kita yang berada di fase yang katanya 'menentukan' masa depan. Begitu banyak hal yang bisa membuat menyerah bahkan sebelum berjuang, tapi hanya butuh satu alasan untuk bertahan. Dan jujur saat ini aku belum menemukan alasan itu.
Hidup ini terlalu banyak pilihan. Aku sering berandai-andai kalau saja hidup ini seperti film fiksi ilmiah Divergent atau The Giver, dimana dunia diatur oleh sistem yang membuat manusia berkontribusi sesuai yang dipilihkan untuknya, sesuai kemampuannya, bakat yang dimilikinya. Hidup seperti itu lebih mudah untukku yang saat ini belum tahu harus berperan sebagai apa. Kita tak perlu risau menjadi orang yg ga berguna, kita gaperlu takut gagal dan berusaha "fit in" di bidang yang kita ga mampu atau ga ingin. Ya, tapi dunia seperti itu mematikan empati dan emosi kita sebagai manusia. Tapi untuk orang sepertiku, aku membutuhkan tempat itu. Tempat dimana aku bisa menjadi sesuatu, dan menerima takdirku.
Kadang aku percaya kalau semua ini hanya sementara, ya semua rasa tidak nyaman dengan keadaan maupun diri sendiri seperti ini. Tapi tak jarang pula aku berpikir bahwa ini tak kan berakhir hingga aku sendiri yang mengakhirinya. Itulah mengapa aku kagum terhadap orang2 yang berhasil melewatinya. Berada di fase quarter life crisis sangat menyesakkan.
0 comments