Cerita 18 Januari

By Luthfia Syahnaz - 09.00

Hmm sedikit ada revisi untuk post kali ini...
Sebenernya waktu nulis ini lagi kangen aja sama mbah kakung, yups sometimes we just missed the past so bad. Dan ada some part yang aku hapus ._.
Kalau mama, aku sangat mafhum kalau mimpinya dititipkan ke anak-anaknya, kebahagiaan mama ada saat melihat keberhasilan anak-anaknya, aku bisa melihat hal itu dan merasakannya. Mama yang sering membisikkannya lewat doa dan ucapan kepadaku. Insya Allah, demi mama aku akan berjuang untuk mewujudkan itu mah. Aku selalu sadar, sesadar-sadarnya ketika aku malas belajar, walaupun capek hati dengan semua tugas besar, tapi aku nggak boleh menyerah, meskipun aku salah jurusan dan tidak menyukai kuliahku, tapi aku harus bertahan untuk menjadi seorang sarjana teknik, toh dulu waktu kecil aku sempat memiliki cita-cita menjadi Insinyur meski hanya gara-gara kagum dengan Ir. Soekarno haha. Semua itu harus kulakukan karena aku tahu bahwa masih ada mimpi yang harus menjadi kenyataan, dan mimpi itu bukan hanya mimpiku saja, tapi ada mimpi dan doa mama disitu bersama ridho-Nya.
Hmm aku jadi kangen mbah kakung kalau udah kayak gini. Almarhum mbah kakung, waktu memang berjalan relatif cepat menurutku, tidak terasa besok merupakan hari dimana tepat satu tahun mbah kakung menghadap Allah SWT. Dulu aku pernah berpikir, siapapun seorang pria yang akan datang ke rumah, apabila ia bisa diterima dengan baik dan nyambung mengobrol dengan mbah kakung, atau mbah kakung bilang dia orang yang baik, maka aku akan percaya bahwa ia memang yang terbaik. Karena aku yakin orang itu cukup memiliki wawasan yang luas tentang Indonesia, negara ini, politik, dan agama Islam, dan insya Allah juga kesholehan. Sayangnya, sebelum ada seseorang yang datang ke rumah dan bercengkerama dengan beliau, mbah kakung sudah dahulu seda atau meninggal dalam basa jawa krama. Semoga mbah tenang disisi Allah, matur nuwun mbah, sudah membuatku menyukai membaca koran, menonton berita, dan memiliki mimpi menjadi Paskibraka Nasional meskipun aku gagal mencapainya haha. Tapi dulu waktu interview bahasa inggris saat seleksi paskibraka tingkat kota, aku menyebut mbah kakung lho dan nilaiku terbaik saat sesi itu. :") Maaf kalau dulu aku sering malas diajak mbah kakung sholat berjamaah karena pasti lama dan surat-suratnya panjaang, maaf juga kalau dulu paling bandel disuruh ngaji -dari TK bahkan sampai setahun kemarin-, sekarang udah nggak ada yang mengajak sholat berjamaah kalau bukan mbah kakung. Dan aku selalu bangga kalau terawih di Masjid Al-Jannah, karena dulu mbah yang jadi imam dan kadang juga penceramah, sehingga sewaktu SD kalau ada tugas melengkapi buku agenda ramadhan untuk puasa sholat terawih, aku tidak perlu mengantre untuk minta tanda tangan imam dan penceramah, bisa minta di rumah mbah. Oiya mbah, alhamdulillah aku udah hijrah setelah ramadhan kemarin, pake jilbab, Insya Allah istiqamah, aamiin yaa Allah :"

  • Share:

You Might Also Like

0 comments