Kota kecil

By Luthfia Syahnaz - 15.11

Kota kecil yang membawa kesedihan dan kegembiraan sekaligus. Sabtu pagi kami berangkat untuk mengikuti Lomba Kendal tingkat Eks-Karesidenan Semarang. Entahlah kenapa diadakan disana, padahal biasanya Semarang yang menjadi tuan rumah. Kami mendapat nomor undian 4. Alhamdulillah, lombanya berjalan lancar. Tidak ada kesalahan yang berarti. Semuanya baik-baik saja sampai tiba saat pengumuman. Entahlah apa yang membuat orang yang membacakan pengumuman itu datar, tapi menyakitkan. Tidak ada sakit di perutku, bahkan aku belum sempat menyuruh jantungku berdegup kencang. Tiba-tiba dibacakan hasil urutan lomba yang pertama kami ada di peringkat 4 dengan selisih sangat banyak. Otakku masih menyuruh jantungku untuk tenang, dan masih pula berpikir bahwa di lomba kedua peringkat kami ada di atas sehingga masih ada harapan untuk kami lolos ke provinsi. Namun tanpa jeda sang pembaca pengumuman itu mengumumkan hasil perolehan kami yang kedua. Dengan cepat aku menginstruksikan telingaku untuk siaga mendengarkan. Anehnya dengan urutan yang sama dan hasil yang berbeda itu kudengar lagi, kembali kami memeroleh selisih yang sangat besar. Tanpa meminta izinku, otakku malah sudah menyuruh mataku mengeluarkan air tanpa henti, walaupun aku sudah memerintahkan mulutku untuk berbicara "ga boleh nangis" hingga belasan kali. Dan air itu terus keluar tanpa mengindahkan perkataan dari bibirku. Dasar air mata durhaka! Kaget, heran, kecewa, sedih jadi satu sampai aku tidak tahu mana yang harus kurasakan dulu. Saat itu aku hanya bisa tertunduk dan malu jika terlihat sedang menangis. Setelah itu salah seorang panitia memberikan sambutan yang hanya terasa sesak di dadaku dan sakit di hidungku. Kemudian penyerahan piala dan aku berusaha mengangkat kepala untuk melihat adik kecilku menerima piala tersebut. Dan semuanya berakhir, begitu saja. Bak ombak yang menghempaskan tulisan di atas pasir di tepi pantai.

Aku pulang... Tanpa dendam...
Kuterima... Kekalahanku...

  • Share:

You Might Also Like

0 comments