Kita lahir di dunia ini sendiri, kecuali anak kembar, dan mati pun pasti juga sendiri-sendiri. Karena kita memang manusia yang diciptakan untuk memikul tanggung jawab kehidupan sendiri. Meskipun dalam kenyataannya kita memiliki keluarga, teman, atau bahkan nanti pasangan, namun sejatinya dalam menjalani hidup ini kita hanya seorang diri hingga pada waktunya masing-masing kita bertemu dengan manusia-manusia lain dan meninggalkan manusia lainnya. Pertemuan kita dengan seorang manusia pun bukanlah suatu kebetulan, melainkan takdir yang telah digariskan. Kita dilahirkan di sebuah keluarga, menjadi seorang anak, itu adalah takdir. Kita memang tidak dapat memilih dimana kita akan dilahirkan, menjadi anak orang kaya atau miskin, tinggal di negara maju atau berkembang, memiliki wajah rupawan atau tidak, sama sekali bukan kita yang menentukan. Allah yang telah memberikan anugerah kehidupan ini untuk kita jalani, ya hanya tinggal menjalani. Jika semua "sudah diatur" lantas apa perlunya kita merisaukan yang telah dituliskan? Dan pasti ada tujuan penciptaan kita karena kita tidak mungkin "ada" jika tanpa maksud. Kitalah yang harus mengartikan maksud tersebut, menemukan tujuan hidup kita. Setiap manusia hidup dengan tujuan masing-masing, yang satu berbeda garis hidup dengan yang lainnya. Jadi tidak perlu risau dengan jalan hidup yang kita jalani, toh juga ujungnya sama bukan? Terima saja apa yang kita "miliki" di dunia ini, toh juga nantinya kita akan menanggungnya sendiri-sendiri bukan? Jangan terlalu memikirkan manusia lain, karena kita memiliki urusan yang berbeda-beda.
Bahkan daun yang gugur sendiri pada detik ini pun telah digariskan.
Bahkan daun yang gugur sendiri pada detik ini pun telah digariskan.
Untuk kali pertama dalam hidupku, aku mulai mengerti atau mungkin baru menyadari arti uang. Uang memang bukanlah segalanya, namun di dunia yang fana ini seakan segalanya yang kita inginkan bisa diperoleh dengan uang, termasuk mimpi kita. Bukan bermaksud untuk mengajari menjadi budak kapitalis, tapi ayolah berpikir logis. Coba kita cek daftar "hal yang paling kita inginkan dalam hidup" hampir semuanya berkaitan dengan "sesuatu yang bisa dibeli atau didatangi dengan menukar sejumlah uang yang kita miliki dengan itu". Kesuksesan kita secara tidak langsung juga dikaitkan dengan seberapa banyak uang yang kita miliki. All about money. Sadar atau tidak, kita digerakkan oleh "kekuatan duniawi" yang menjadikan uang segala-galanya. Manusia memang makhluk pencipta dan pemberi nilai. Seolah-olah nilai yang diciptakan manusia seakan bisa digunakan untuk menakar semua yang ada di dunia, padahal sejatinya nilai itu hanya asumsi yang manusiawi, entah menjadi berarti atau tidak sama sekali. Aku jadi berpikir ketika manusia belum menemukan uang, apa hal yang paling penting bagi manusia saat itu? Hm mungkin keluarga, makanan, atau wilayah kekuasaan? Entahlah. Ketika kita berada di posisi yang belum mapan, dan kita membutuhkan uang untuk mewujudkan salah satu impian kita, ingatlah bahwa saat ini bukanlah hal itu yang terpenting, kita boleh saja bersikeras dengan mengusahakannya melalui berbagai cara, seperti sponsorship maupun donasi, namun jika kita belum berhasil karenanya, satu hal yang perlu kita ingat adalah bila kita telah melewati fase ini dan bergerak ke fase kemapanan, jangan jadikan uang tujuan hidup kita. Uang hanyalah alat tukar kebahagiaan fana untuk kita dapat berbuat baik dan memberi makna pada kehidupan yang berarti di dunia, bagi orangtua, saudara, keluarga, sahabat, dan orang terkasih yang kita sayangi. Manfaatkanlah uang yang kita miliki untuk menggapai kebahagiaan dunia akhirat. Aamiin.
Kadang menyerah bukan berarti kalah. Menyerah memang bukan pilihan dalam hidup, tapi kadang ia menjadi jawaban atas keinginan. Ketika kita berdoa memohon hal yang paling kita inginkan, lantas terkabul, namun kemudian dalam prosesnya mendapat hambatan dan urung terwujud, hal itulah yang akan membuat kita sadar bahwa doa kita belum mendapat jawaban sepenuhnya. Seringkali kita hanya meminta kepada Allah tanpa memikirkan waktu dan kondisi kita saat itu, yang kita inginkan hanya angan yang menguasai pikiran itu bisa segera terwujud. Ketika kita sangat jenuh dengan kehidupan yang kita jalani, kita meminta sesuatu yang kita harap akan membukakan jalan untuk keluar dari "hidup yang membosankan" itu. Padahal kita belum siap untuk menempuh jalan itu, atau mungkin kita belum benar-benar bisa untuk berusaha mencapainya. Di saat seharusnya kita masih berproses pada jalan hidup kita yang sekarang, justru kita ingin menempuh jalur cepat yang kita harapkan sampai ke tujuan yang kita inginkan. Kadang kita hanya membutuhkan kesabaran dalam menjalani apa yang ada di hadapan kita saat ini, bukan malah terburu-buru untuk cepat sampai ke tujuan. Mungkin jalan yang sedang kita lalui bukanlah jalan yang benar-benar bisa membuat kita untuk berlari kencang, tapi percayalah meskipun dengan berjalan lambat jika memang Allah menghendaki kita sampai ke tujuan, maka kita akan sampai dengan selamat. Tetap istiqamah di jalan Allah adalah hal terbaik yang bisa kita lakukan saat ini.